Gebyar Budaya Triska, Bulan Bahasa Bali Langkah Jitu SMK Negeri 3 Denpasar Merawat Budaya Bali

Berita

Bulan Bahasa Bali dirangkaikan dengan Gebyar Budaya Triska (GBT) SMK Negeri 3 Denpasar merupakan langkah jitu Merawat Budaya Bali warisan budaya leluhur yang adiluhung di zaman now’. Tentunya pembukaan GBT merupakan satu paket menjelang hari raya Saraswati yang jatuh pada Sabtu, 8 Februari 2025.

Kepala SMK Negeri 3 Denpasar, Drs. A.A. Bagus Wijaya Putra, M.Pd., menyampaikan bahwa,” SMK N 3 Denpasar dalam Bulan Bahasa Bali ini kita melaksanakan berbagai kegiatan yang kita kaitkan juga dengan Gebyar Budaya Triska. Seperti kita ketahui, Bahasa Bali tidak pernah lepas dari Budaya itu sendiri. Karenanya, dalam Bulan Bahasa ini kita ada kegiatan pure Bahasa Bali, seperti menulis Aksara Bali, Mekidung, Baca Lontar, berpidato Bahasa Bali, ada lomba Ngelawar, ada lomba buat Gebokan, Mejejaitan. Tujuannya adalah bagaimana Budaya Bahasa dan budaya Bali ini kita bisa pertahankan dan lestarikan, dan itu sudah kita kaitkan dengan upacara piodalan Saraswati Besok (Sabtu, 8 Februari 2025, red). Di acara ini kita satukan acara Bulan Bahasa Bali, kemudian Gebyar Budaya Triska dan Hari Saraswati,” jelasnya, di sela-sela kegiatan di sekolah setempat pada Jumat, 7 Februari 2025.

“Untuk Bahasa, itu dari menulis Aksara Bali, nyalin dari Bahasa Latin ke Aksara Bali, jadi anak-anak harus tau gimana menulis Aksara Bali, termasuk guru dan pegawai pun kita ajak untuk bisa menyalin Bahasa Latin ke Aksara Bali, dan lombanya mungkin ada dengan Mesatwa Bali, Mekidung, Baca Lontar, Berpidato, kemudian kita kaitkan dengan Budaya Bali seperti Ngelawar, membuat Gebokan, Mejejaitan, kebetulan besok kita akan merayakan Piodalan Saraswati,” ungkap A.A. Bagus Wijaya Putra.

Menurutnya, guru-guru adalah motor penggerak bagi pelestarian bahasa dan budaya Bali. Karenanya peran guru sangat strategis untuk menularkan lebih banyak ilmu tentang tata cara dan kaidah bahasa Bali, misalnya membimbing siswa dalam penulisan Aksara Bahasa Bali. “Itulah tugas kita di pendidikan. Tugas ini saya tekankan pada saat pembukaan tadi kepada anak-anak generasi muda ini supaya mereka tidak meninggalkan budaya Bali sebagai akar kehidupan mereka sebagai orang Bali. Karena mereka juga kelak akan menjadi Orang Tua yang akan melanjutkan dan meneruskan untuk melestarikan bahasa Bali ini. Tentunya mereka harus dibekali pengetahuan mereka tentang Bahasa Bali Aksara Bali ini kepada anak-anak cucu kita nanti. Dengan cara itu, mereka punya tanggung jawab untuk melanjutkan warisan leluhur yang sangat mulia ini, jadi kita berharap kepada anak-anak kita ini,” ucapnya penuh harap.

Peran Guru, dikatakan A.A. Bagus Wijaya Putra, memang sangat strategis. Karena Guru disini fungsinya bukan melulu teori tapi praktek langsung tentang kaidah-kaidah bahasa Bali. Dan itu dilaksanakan pada setiap hari Jumat wajib bahasa Bali di kelas. “Kalau kami memang melalui praktek langsung, seperti anak-anak hari Jumat itu wajib berbicara Bahasa Bali. Kemudian, kita siapkan di lapangan ada siswa yang tampil berbahasa Bali, kalau Budaya sendiri termasuk juga penulis Bali diwajibkan semua siswa menulis Aksara Bali sekarang ini. Jadi intinya dengan praktek langsung, termasuk Budayanya sendiri membuat lawar, membuat Gebogan, kita harus praktekkan langsung.

Mereka itu diajarkan oleh gurunya membaca menulis Aksara Bali. Ini terus dilakukan dan dilatih, termasuk di Kota Denpasar, di Desa ada lomba, di Kota Denpasar ada lomba. Jadi semuanya sudah saling berhubungan untuk Bahasa Bali bisa kita lestarikan,” katanya.

“Harapan saya itu kita harus selalu Belajar apa saja, termasuk mempelajari warisan leluhur yang luar biasa ini, tidak semua Bahasa, Aksara, tidak semua Bangsa punya itu, dan kita di Bali sudah punya itu, tinggal melanjutkan saja. Kita berharap pada semua pihak bahwa Bali khususnya itu kita bangga dan kita melakukan berbahasa Bali, Mesatwa Bali,” tutur A.A. Bagus Wijaya Putra.

Sementara Gungde, siswa Kelas 10 Perhotelan 2 yang juga pengurus OSIS SMK 3 Denpasar, terkait dengan kegiatan ngelawar dalam rangka GBT dan menjelang hari raya Saraswati menyampaikan,” <span;>Pagi hari ini kita ngelawar dalam rangka hari Raya Saraswati besok, jadi di sini memang biasa ngelawar. Jadi disini kita membuka dalam rangka Bulan Bahasa Bali, yaitu dinamai dengan GBT atau biasa di sebut dengan ‘ Gebyar Budaya Triska ‘, jadi kita ada lomba ngelawar,” jelasnya.

Saat ditanya apa ada reward bagi kelompok siswa yang ngelawar? “Kalau juara di sini Rewardnya biasanya mendapatkan piagam, dan ada juga di kasih bingkisan atau jajan.
Sebelumnya, disini ada jurusan Kuliner tentunya, jadi yang berbakat disini pastinya jurusan Kuliner,” ungkapnya.

Sembari menambahkan,” Disini yang mengikuti lomba dari Perhotelan Hingga Busana, makanya ada cewe juga yang mengikuti, karena itu ada Kecantikan dan juga Busana,” katanya.

Lain Gung De, lain pula Febriyanti dari kelas Kecantikan, salah satu wakil dari kelompok Lomba Gebogan. “Kami lomba Gebogan ini dalam rangka hari Saraswati atau GBT (Gebyar Budaya Triska). Ini kita banyak lomba, karena sebelum Saraswati kita membuat Gebogan H-1 sebelum Saraswati,” jelasnya singkat.

Anak Agung Ari Sutraningsih SS.MPA., juri Lomba Gebogan SMK Negeri 3 Denpasar menjelaskan,” Dari sini di Lomba membuat Gebogan ini kita lihat, kita dapatkan kedalaman nilai-nilai tentang budaya Bali. Di Lomba ini juga kita mengajarkan dari dasar mengenalkan Budaya, terkait dengan Saraswati, itu kita memeriahkan, biasanya kalau Saraswati juga kita buat Gebogan, sekarang kita coba lombakan dan diparadekan. Jadi disini mereka selain mengasah kemampuan mereka dalam membuat Gebogan dengan kreasinya masing-masing, kemudian disini juga terlihat bagaimana mereka kerja dengan Tim. Kemudian kreasi-kreasi yang kita lihat itu anak-anak sudah bagus-bagus, ini lah yang kita cari bahwa mereka mau membuat dan kreasikan Gebogan yang biasanya digunakan saat hari Raya,” ujarnya.

Saat ditanya, terkait kreasi Gebogan anak-anak yang merupakan paduan antara tradisional dan modern, apa tidak mengaburkan nilai filosofis tentang budaya Bali? “Sama sekali tidak. Karena di sini kita kombinasikan dengan kemajuan sekarang, dia ada tradisional, karena kita Informasikan kalau bisa menggunakan buah-buah lokal, kemudian boleh dikombinasikan dengan yang modern atau buah-buahan dari luar, tetapi tetap tidak meninggalkan ciri khas Budaya kita terutama Budaya Bali, disini itu terlihat,” jelasnya.

Adapun peserta dari Lomba Gebogan ini semua jurusan yang ada di SMK Negeri 3 Denpasar, seperti Busana, Kecantikan, Perhotelan, dan Kuliner.

Sumber : https://beritafajartimur.com/